Rabu, 14 Maret 2018

Sejarah layangan





Layang-layang Papetengan, Jawa Barat (foto: museum-layang.com)
Layang-layang sudah lama dikenal sebagai permainan tradisional anak-anak di seluruh Indonesia. Mainan ini mudah dibuat. Bahan dasarnya adalah kertas, potongan bambu kecil, dan lem. Untuk memainkannya, layang-layang diterbangkan ke angkasa dengan segulung benang gelasan yang bisa ditarik-ulur. Di angkasa layang-layang diadu. Siapa yang terlebih dulu memutuskan benang lawan, dialah pemenangnya.
Layang-layang terbang ke angkasa berkat gaya-gaya aerodinamika dari gerakan relatifnya terhadap angin. Angin relatif itu ditimbulkan oleh aliran udara alamiah atau tarikan layang-layang lewat benang penghubung. Karena populernya, bentuk layang-layang menjadi salah satu bagian dari bangun datar ilmu matematika.

Layang-layang sering dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran. Yang umum dikenal memiliki panjang diagonal 20 cm – 40 cm. Namun dalam perkembangannya, bentuk layang-layang tidak selalu segiempat. Sesuai kreativitas seseorang, layang-layang juga dibuat berbentuk lingkaran, segienam, bahkan hewan, dan sebagainya dilengkapi gambar dan warna yang semarak. Biasanya, layang-layang seperti itu merupakan daya tarik pariwisata atau benda cendera mata.
Sejak 1970-an, bentuk layang-layang selalu dimodifikasi para seniman. Ukurannya pun tidak lagi kecil tetapi sangat besar, yakni dalam bilangan meter. Bahkan tidak jarang dibuat dalam bentuk tiga dimensi sehingga harus dimainkan oleh beberapa orang sekaligus menggunakan tali tambang sebagai pengganti benang.
Namun layang-layang demikian tidak untuk diadu, dalam arti sampai memutuskan tali lawan. Layang-layang seperti itu biasanya dimainkan oleh orang-orang dewasa dan dilombakan dalam suatu festival. Di Indonesia lomba dan festival layang-layang bertaraf internasional sudah merupakan agenda tetap di sejumlah daerah, seperti Pangandaran dan Bali. Layang-layang festival dinilai berdasarkan bentuk, komposisi warna, keelokan gerak, bunyi gaungan, dan lama mengudara.

Magis

Uniknya, di berbagai daerah layang-layang dikenal sebagai benda magis religius. Di Bali, misalnya, masyarakat masih mengenal layang-layang untuk melindungi singgasana para dewa. Dewa Layang-layang di Bali adalah Rare Angon. Dewa itu selalu diberi sesaji dan disembah sebelum layang-layang diterbangkan. Layang-layang yang telah disucikan itu merupakan benda sakral dan disyaratkan tidak boleh menyentuh tanah. Bila hal itu tidak diindahkan, konon akan terjadi kemalangan.
Layang-layang Danguang, Sumatera Barat (foto: museum-layang.com)
Lain lagi di Sumatera Barat. Masyarakat masih percaya pada layang-layang bertuah yang bisa memikat anak gadis. Namanya layang-layang hias dangung-dangung.
Di Pulau Jawa ada layang-layang yang digunakan untuk mengusir serangga dan burung liar di ladang sawah. Di beberapa daerah, layang-layang dimainkan sebagai bagian dari ritual tertentu. Biasanya terkait dengan proses budidaya pertanian. Layang-layang paling sederhana terbuat dari helai daun yang diberi kerangka dari bambu dan diikat dengan serat rotan. Layang-layang semacam ini masih dapat dijumpai di Sulawesi.
Di Jawa Barat, Lampung, dan beberapa tempat di Indonesia ditemukan layang-layang yang dipakai sebagai alat bantu memancing. Layang-layang ini terbuat dari anyaman daun sejenis anggrek tertentu, dan dihubungkan dengan mata kail. Di Pangandaran dan beberapa tempat lain, layang-layang dipasangi jerat untuk menangkap kalong atau kelelawar.

Lukisan gua

Entah sejak kapan layang-layang dikenal di Indonesia. Belum ada sumber sejarah yang menyebutnya secara pasti. Beberapa rangkaian relief cerita pada candi sekilas hanya menampilkan layang-layang berupa bagian dari tumbuhan yang diterbangkan dengan seutas tali.
Penemuan sebuah lukisan gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara, pada awal abad ke-21 yang memberikan kesan orang bermain layang-layang, menimbulkan spekulasi bahwa tradisi layang-layang sudah lama muncul di Nusantara. Di Nusantara banyak ditemukan bentuk-bentuk primitif layang-layang yang terbuat dari daun-daunan. Di kawasan Nusantara sendiri catatan pertama mengenai layang-layang adalah dari Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) dari abad ke-17, yang menceritakan suatu festival layang-layang yang diikuti oleh seorang pembesar kerajaan.
Menurut sumber lain, layang-layang pertama kali dikenal sekitar 3.000 tahun yang lalu di China. Di negara itu layang-layang disebut ”rajawali kertas”. Dari sana, layang-layang mulai disebarluaskan ke negara Asia lain seperti Korea, Jepang, Malaysia dan India. Pendapat lain mengatakan, layang-layang ditemukan pada abad ke-5 SM oleh ilmuwan Yunani dari Tarentum.
Ada kisah menarik tentang layang-layang China. Pada masa pemerintahan Dinasti Han (200 SM-200 M), militer China menempelkan potongan batang bambu pada layang-layang mereka. Saat layang-layang melintasi pasukan musuh, angin yang menerobos rongga bambu mengeluarkan bunyi siulan. Barangkali karena jumlahnya banyak, siulannya menjadi gemuruh. Cukup untuk membuat musuh panik dan lintang pukang melarikan diri.
Dalam bahasa Inggris, layang-layang dikenal dengan sebutan kite. Nama kite itu diambil dari nama burung pemangsa yang anggun dan lemah gemulai kepak sayapnya saat terbang.
Di Asia, layang-layang kerap kali berkaitan dengan upacara keagamaan atau kepentingan agama. Banyak layang-layang dari China dibuat berwujud naga dari cerita rakyat. Bentuk tradisional lainnya adalah burung, kupu-kupu, bahkan kelabang. Di Malaysia, menerbangkan layang-layang di atas rumah pada malam hari dipercaya dapat menjauhkan roh jahat.
Kecuali sebagai permainan, pada abad pertengahan China pernah membuat layang-layang untuk tujuan militer, antara lain untuk mengintai musuh dan mengukur jarak keberadaan musuh. Di Korea, ritual menerbangkan layang-layang yang ditulisi nama dan tanggal lahir seorang bayi selalu dilaksanakan setiap tahun. Tradisi itu dimaksudkan agar si anak selamat sampai hari tua.
Layang-layang menyebar hingga ke Selandia Baru. Bentuk layang-layang di Eropa mulai berkembang pada abad pertengahan (1100 – 1500). Salah satunya dikembangakan dengan panji-panji militer serupa kantung penangkap angin. Baru tahun 1500-an muncul bentuk jajaran genjang, yang kemudian menjadi populer di Eropa.

Jepang

Meskipun sudah tergolong negara maju, ternyata masyarakat dan pemerintah Jepang paling getol memopulerkan layang-layang. Di sana layang-layang bukan sekadar permainan, tetapi menjadi karya seni bermutu tinggi.
Sejak lama banyak sekolah di Jepang mengajarkan kerajinan layang-layang kepada para murid sebagai bagian dari ekstrakurikuler mereka. Karena itu era layang-layang mengalami kebangkitan. Tidak heran setiap tahun layang-layang dibuat dalam desain yang baru dan orisinal meskipun dengan dasar-dasar motif tradisional.
Langkah inovatif lainnya adalah melestarikan seniman pembuat layang-layang tradisional, yakni dengan memberikan subsidi dan tunjangan kepada mereka. Sampai kini terlihat dampak positifnya bahwa permainan dan kerajinan membuat layang-layang tak pernah (akan) mati.
Di Jepang layang-layang mulai dikenal pada zaman Heian (794-1185). Pada masa itu layang-layang sering digunakan sebagai alat komunikasi pembawa pesan rahasia di istana. Karena harus melewati parit-parit besar, maka layang-layang dinilai mampu menjalankan misi itu. Masa keemasan pembuatan layang-layang terjadi pada zaman Edo (1630-1868). Namun waktu itu karena harga kertas sangat mahal, hanya kalangan bangsawan yang mampu menerbangkan layang-layang.
Berkembangnya seni cetak cukilan kayu dan penggunaan warna dalam seni cetak tradisional Jepang, membawa perubahan baru pada layang-layang. Teknik-teknik seni itu mulai diterapkan pada layang-layang sehingga warna-warna yang dihasilkan sangat indah.
Setiap 5 Mei permainan layang-layang di Jepang menjadi acara tahunan yang semarak sebagai festival anak laki-laki. Pada hari itu para orang tua beramai-ramai menuliskan nama bayi mereka pada layang-layang yang dihiasi gambar prajurit legendaris atau pahlawan dalam cerita anak-anak. Hal itu dimaksudkan agar anaknya tumbuh sehat dan kuat. Motif lain yang disukai adalah kura-kura dan burung bangau (lambang panjang umur) dan ikan gurame (lambang keuletan). Semakin tinggi layang-layang terbang, konon nasib seseorang semakin baik.
Menurut penilaian para pakar pariwisata, festival 5 Mei merupakan pesta layang-layang terbesar di dunia. Lebih dari seribu layang-layang berpartisipasi selama tiga hari penyelenggaraan. Sekitar lima juta pengunjung tercatat menyaksikan festival tersebut, termasuk wisatawan mancanegara.
Meskipun kini tanah lapang di Jepang semakin sempit, bahkan anak-anak keranjingan berbagai jenis games modern, ternyata permainan tradisional layang-layang masih tetap hidup.
Di Indonesia, kecuali seniman-seniman Bali, jarang sekali yang mau menekuni seni membuat layang-layang. Padahal, Indonesia memiliki aneka ragam budaya yang memesona, jauh lebih banyak daripada budaya di Jepang. Ya, kita memang selalu mengabaikan warisan budaya masa lalu. Mungkin kita akan menyesal di kemudian hari karena tidak melestarikan layang-layang.

Alat Bantu Ilmu Pengetahuan

Selain di Asia, layang-layang juga sudah merambah Eropa. Di sana model layang-layang selalu dikembangkan. Karena bahan kertas dan plastik dianggap kurang kuat, mereka membuat layang-layang dari bahan fibreglass. Bahan ini memang cukup ringan dan kuat. Bentuknya pun dipermodern, seperti bentuk geometris lengkap dengan gambar-gambar memikat. Selain itu mereka membuat layang-layang dari kain layar dan bahan-bahan sintetis sebagaimana yang dikembangkan oleh perusahaan kimia raksasa Du Pont.
Di Jerman layang-layang mendapat tempat tersendiri dalam bidang olahraga. Penggemar layang-layang di sana sudah menjadi komunitas yang aktif dan peduli. Secara periodik mereka merancang dan menemukan bentuk layang-layang yang unik dan semarak. Di Jerman layang-layang disebut “drache” (naga), yakni hewan mitologi yang amat populer di China.
Banyak ilmuwan Eropa terangsang daya pikirnya oleh layang-layang. Pada 1749 ilmuwan Skotlandia, Alexander Wilson, menggunakan beberapa rangkaian layang-layang untuk mengukur temperatur udara pada ketinggian yang berbeda. Benjamin Franklin, berhasil meneliti unsur listrik karena jasa layang-layang. Pada 1752 dia menaikkan layang-layang di saat hari hujan badai. Pada layang-layang tersebut digantungkan sebuah kunci. Ternyata ketika petir menyambar, terlihat loncatan api listrik dari kunci tersebut. Itulah dasar alat penangkal petir yang sekarang banyak digunakan orang.
Pada abad ke-19, Sir George Cayley menguji coba prinsip terbang dengan layang-layang bersayap. George Pocook dengan publikasinya “Seni mengarungi udara dengan bantuan layang-layang” membuat gempar dunia ilmu pengetahuan. Alexander Graham Bell, penemu telepon, pada awalnya bereksperimen dengan layang-layangnya untuk mengetahui gelombang suara lewat udara. Francis Melvin Rogallo, mendapatkan gagasan temuan pesawat terbang layangnya dari layang-layang.
Di Belanda layang-layang buatan Gerard van der Loo banyak membantu kegiatan SAR laut. Ketika helikopter tidak bisa bertahan lama di udara dan perahu penyelamat tidak bisa mendekati kapal karam, maka layang-layang besar yang diterbangkan di atas geladak kapal berfungsi sebagai alat bantu awak kapal untuk meluncur ke kapal penolong.
Perusahaan minyak Inggris, British Petroleum, pernah membuat eksperimen luar biasa dengan layang-layang. Kapal tanker perusahaannya waktu menempuh perjalanan jauh, ditarik dengan layang-layang. Setelah dikalkulasi ternyata perusahaan itu berhasil menghemat energi sekitar sepuluh persen dari jumlah energi yang biasa dihabiskannya.
Manfaat praktis layang-layang pun cukup banyak. Di antaranya tahun 1847, membantu merentang kawat melintasi sungai Niagara antara AS dan Kanada, untuk membangun jembatan gantung pertama. Sedangkan tahun 1800 hingga awal 1900-an, meteorolog memanfaatkan layang-layang kotak yang dilengkapi alat pengukur cuaca. Khusus pada militer, selama “Perang Dunia II” (1939-1945) sekoci penyelamat dilengkapi layang-layang berantena radio untuk mengirim pesan SOS.
Layang-layang juga menjadi ilham bagi terciptanya balon udara dan pesawat terbang yang paling sederhana. Begitulah, sebenarnya kalau kita kreatif, benda-benda yang dianggap sepele mampu menjadi alat bantu ilmu pengetahuan, bukan sekadar permainan anak-anak.

Tertua

Layang-layang yang terdokumentasi diketahui memiliki beragam bentuk unik. Ada layang-layang yang terbuat dari daun. Ada layang-layang berukuran demikian besar sehingga untuk menaikkannya harus dilakukan oleh beberapa orang. Ada juga layang-layang yang amat kecil, terbuat dari kain sutera buatan China.
Menurut dasarnya layang-layang dikelompokan menjadi lima jenis. Yang tertua, rata berbentuk jajaran genjang. Jenis ini memerlukan ekor untuk menimbulkan tahanan dan merpertahankan tegaknya arah terbang. Makin kencang angin, harus makin panjang pula ekornya. Panjang ekor paling tidak tujuh kali diagonal.
Sedangkan lengkung pada layang-layang sengaja dibuat untuk menciptakan sudut terhadap arah angin, sehingga layang-layang dapat terbang stabil tanpa bantuan ekor. Layang-layang melengkung ini dipatenkan pada 1891 oleh William A. Eddy asal Amerika.
Layang-layang kotak berbentuk tiga dimensi ditemukan oleh Lawrence Hargrave dari Australia tahun 1893. Untuk menerbangkannya perlu angin yang cukup kuat dan stabil. Lain lagi dengan dengan layang-layang delta hasil temuan Francis M. Rogallo dari AS tahun 1941 yang bisa diterbangkan dengan angin sepoi-sepoi. Nenek moyang alat terbang layang ini bentuknya berupa dua permukaan segitiga yang bertemu di satu sisi dengan membentuk sudut. Pada garis pertemuan ini dipasang sirip vertikal di sebelah bawahnya. Sirip sekaligus lunas penyeimbang ini berfungsi sebagai kekang kendali yang langsung tersambung dengan benang.
Sedangkan layang-layang flexible ditemukan oleh Domina C. Jalbert dari AS tahun 1963. Jenis ini tanpa rangka, sehingga tiap bagian disambung dengan cara dijahit atau dilem sampai bentuk bisa melayang. Salah satunya parafoil kain yang serupa parasut.
Di Inggris layang-layang hanya boleh mencapai ketinggian 60 M, minimal 5 km di luar wilayah bandara.
Layang-layang kotak berperan penting dalam pengembangan pesawat, karena Orville dan Wilbur Wright menggunakan jenis ini untuk menguji teori mereka tentang pemelintiran sayap, sebelum akhirnya berhasil menemukan pesawat terbang pertama tahun 1903.

Sumber:

museum-layang.com
id.wikipedia.org
djuliantosusantio.blogspot.com
Ensiklopedia Indonesia
BOX
Layang-layang Tiongkok
Layang-layang adalah salah satu penemuan nenek moyang bangsa Tionghoa. Mainan layang-layang tidak hanya semacam seni yang penuh estetika, tapi juga merupakan sarana olahraga yang dapat membugarkan jasmani.
Layang-layang Tiongkok mempunyai sejarah yang lama. Jauh pada tahun 400 SM, pemikir besar Tiongkok Mozi dan sesepuh tukang kayu Tiongkok, Luban, pernah membuat burung kayu atau bambu. Burung yang diberi nama “Muyuan” itu bisa terbang selama tiga hari di udara tanpa jatuh. Itulah layang-layang yang paling awal dalam sejarah dunia. Selanjutnya Muyuan dibuat dari kain sutra dan kemudian dibuat dari kertas. Namanya pun diganti menjadi “zhiyuan”, artinya burung kertas. Pada akhir masa Dinasti Tang (618—907 Masehi), pada Zhiyuan atau layang-layang kertas dipasang kain sutra atau seruling yang dapat berbunyi. Setelah itu, Zhiyuan mendapat nama baru, Fengzheng atau layang-layang, yang terus dipakai sampai zaman sekarang.
Layang-layang pada zaman kuno sering dipakai sebagai alat militer, misalnya dilayangkan di udara untuk menghitung jarak antara dua tentara atau digunakan untuk menyampaikan informasi militer. Pada masa Dinasti Tang, layang-layang berangsur-angsur berubah menjadi mainan yang semata-mata digunakan untuk rekreasi rakyat. Pada masa Dinasti Song abad ke-10, layang-layang disebarkan ke lebih banyak daerah, antara lain, Korea, Jepang dan Malaysia. Kemudian layang-layang pun tersebar ke Eropa dan Benua Amerika. Di Eropa dan Benua Amerika, layang-layang berkembang ke arah wahana terbang. Pada akhirnya, dua pria bersaudara Wright berhasil membuat pesawat terbang pertama di dunia yang dapat terbang dengan awak. Di Museum Antariksa dan Penerbangan Washington Amerika terpasang sebuah layang-layang Tiongkok. Kata-kata di atasnya berbunyi: wahana terbang paling awal manusia adalah layang-layang dan roket buatan Tiongkok.
Perkembangan layang-layang Tiongkok mencapai masa emasnya pada masa Dinasti Ming dan Dinasti Qing, dua dinasti terakhir dalam sejarah Tiongkok yang berkuasa antara tahun 1368 dan 1911. Pada waktu itu, layang-layang baik dari bentuknya, maupun dari teknik pembuatan dan dekorasinya tampaknya cukup matang. Kerajinan tangan dan teknik pembuatan layang-layang pada masa itu berpadu sehingga dekorasi layang-layang menjadi semakin variasi. Alat pembuat bunyi di layang-layang juga mengalami perkembangan yang cukup besar. Peluit terbuat dari labu kendi dan buah ginko yang dipasang pada layang-layang dapat berbunyi nyaring dan didengar sejauh beberapa kilometer. Waktu itu kaum intelektual berkebiasaan membuat layang-layang sendiri untuk diberikan kepada sahabat sebagai hadiah atau cendera mata. Karya sajak dan gambar yang bertopik layang-layang pun bermunculan pada masa itu. Pengarang terkenal Cao Xueqin adalah salah seorang tokoh representatif pada waktu itu. Cao Xueqin dalam novelnya Impian Wisma Merah melukiskan dengan teliti bagaimana menerbangkan layang-layang. Selain itu, ia juga menulis buku tentang layang-layang. Dalam buku itu Cao Xueqin memperkenalkan 40 lebih cara pembuatan layang-layang.
Sejalan dengan perkembangan zaman, layang-layang Tiongkok berangsur-angsur membentuk gayanya sendiri. Dilihat dari topiknya, layang-layang terbagi dalam tiga kategori. Pertama, binatang, misalnya burung elang, phoeniks, kupu-kupu, ikan emas, naga, halipan dan belibis. Kedua, tokoh dongeng legendaris, karya sastera atau opera tradisional. Misalnya Raja Monyet Sun Wukong, dewi langit, dan bocah gemuk membopong ikan besar. Ketiga, barang-barang keperluan sehari-hari, misalnya kipas, keranjang dan lampion bundar.
Dilihat dari gaya pembuatannya, layang-layang Tiongkok bermacam-macam dan sulit dihitung satu per satu. Tempat-tempat yang terkenal dengan pembuatan layang-layang, antara lain, Beijing dan Tianjin di Tiongkok Utara, Sichuan di Tiongkok Barat Daya serta Shandong di Tiongkok Timur. Layang-layang yang dihasilkannya mempunyai ciri khas sendiri. Misalnya Tianjin terkenal dengan layang-layang kawanan belibis, sedangkan Shandong terkenal dengan layang-layang “kepala naga tubuh halipan”. Layang-layang itu bisa kecil sekali sehingga bisa dimasukkan dalam kotak mini, tapi juga bisa sebesar ratusan meter panjangnya dengan warna dan bentuknya berlainan. Pada 1984, di Pekan Raya Layang-layang Internasional Weifang Shandong Pertama diterbangkan satu layang-layang “kepala naga dan tubuh halipan” yang mengagumkan, tinggi kepalanya 4 meter dan lebarnya 4 meter dengan diameter tubuhnya 1,2 meter. Panjang layang-layang itu tercatat 320 meter, merupakan layang-layang yang paling panjang di Tiongkok pada waktu itu.
Layang-layang Tiongkok adalah perpaduan teknik kerajinan dan kesenian. Sekarang semakin banyak orang di dunia yang tertarik oleh keindahan dan pesona yang dimanifestasikan layang-layang Tiongkok. Sekarang Pekan Raya Layang-layang Internasional Weifang telah menjadi pesta layang-layang internasional yang diadakan setahun sekali. Pada April setiap tahun, banyak pemain elit layang-layang baik dalam maupun luar negeri berkumpul di Weifang, Shandong Tiongkok Timur untuk saling bertukar pengalaman dan berkompetisi. Dengan demikian, Weifang pun menjadi museum layang-layang terbesar di dunia. Di sana tersimpan dan diperagakan layang-layang terbaik dunia, baik dulu maupun sekarang. (sumber: china radio internasional)

Bahan cepat membuat layangan

bahan dan cara membuat layang-layang

Cara membuat layang-layang
Persiapkan bahan-bahan berikut:
1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 80 cm, 1 potong bambu tipis dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 40 cm, Kertas tissue atau kertas minyak dengan ukuran sesuai dengan ukuran bambu, Spidol, Pita gulungan agak tebal, Tali atau benang, Gunting, Isolasi, Meteran

Cara Membuat:

Letakkan kedua bambu secara menyilang dengan titik pertemuan pada 1/3 dari bambu yang paling panjang Rekatkan kedua bambu tersebut dengan menggunakan tali atau benang.

Ikat dan hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali atau benang hingga membentuk
wajik.Sekarang rangka layang-layang selesai, lalu letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas.

Tandai kertas tersebut dengan spidol sehingga mengikuti bentuk rangka layangan.
Tambahkan ekstra 2.5 cm untuk garis potongan.

Gunting kertas tersebut mengikuti garis potongan.

Lipat bagian kertas kearah belakang, lalu rekatkan pada rangka dengan menggunakan isolasi.

Untuk keseimbangan, tambahkan ekor dari tali atau benang sepanjang sekitar 1 meter, ikatkan pada bagian bawah layang-layangLangkah, tambahkan guntingan kertas untuk memperindah.

Buatlah lubang di tengah-tengah layangan (dekat dengan tempat penyilangan bambu rangka) masukkan tali atau benang layangan ke lubang dan ikatkan ke titik persilangan, lalu ikatkan ujung yang lain ke ujung bawah rangka layangan ( panjang tali sekitar 90cm)

Nama-nama layangan di indonesia

1. Kleung
Layang-layang Tradisional Indonesia
Kleung yang artinya elang. Dinamakan demikian karena dilihat dari ketinggian, layang-layang ini mirip dengan seekor burung elang yang sedang terbang.  Kleung berasal dari Aceh yang merupakan alat hiburan bagi masyatakat Aceh yang dimainkan setelah mereka selesai panen atau musim ujung barat. Biasanya layangan kleung diadu di lapangan atau pesawahan, setelah seluruh anggota masyarakat telah membersihkan sawah dari tumpukan padi dan padi disimpan di lumbung padi.
Layangan kleung memiliki lebar sayap terbentang mulai dari 2 meter sampai 2,7 meter, dengan ketinggian kepala sampai ujung kipas ekornya kurang-lebih 2 meter. Bagian kepala tingginya 22 cm, bagian sayap dekat ekor 55 cm, dan lebar ekor sekitar 45 cm. Untuk membuat layangan ini biasanya memerlukan waktu selama 3 bulan.
2. Siger
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang siger berasal dari Lampung dan digunakan sebagai alat bantu memancing ikan. Layangan ini awalnya terbuat dari daun loko-loko, cara menerbangkannya yaitu diikatkan pada rangka dari bambu, diterbangkan untuk membawa umpan lebih jauh dari kapal. Pada umumnya layangan ini berukuran panjang 1 meter dan lebar 1,5 meter.
3. Kajanglako
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang kajanglako berasal dari daerah Jambi. Pada layang-layang ini terdapat gambar perahu yang ditumpangi oleh seorang raja dan permaisuri yang berasal dari Jambi. Dahulu, layang-layang ini digunakan sebagai alat perang untuk memberi tanda adanya musuh.
4. Koangan
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang yang berasal dari ibu kota Jakarta ini dapat mengeluarkan suara dengung, karena memiliki alat bunyi yang dapat mengeluarkan suara. Layang-layang ini memiliki panjang sekitar 1,2 meter dan lebar sekitar 1 meter.
5. Tapean
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang tapean merupakan salah satu layang-layang tradisional pertama pada masyarakat Jawa Timur. Layang-layang tapean diperkenalkan pertama kali oleh bupati pertama Banyuwangi, Mas Alit Pringgo Kusumo, pada tahun 1773. Untuk kerangka batangnya, layang-layang ini menggunakan batang kayu pinang yang diraut halus, sedangkan untuk sayapnya digunakan bambu. Untuk penahan anginnya digunakan kain ketapas atau kertas singkong. Layang-layang ini lazimnya diberi gambar burung bersisik melik. Layang-layang tapean biasa digunakan para petani untuk mengusir burung-burung yang menganggu padi pada musim panen tiba.
6. Mancungan
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang berbentuk oval ini berasal dari Yogyakarta. Layang-layang yang bagian ujung atasnya lancip ini dapat kita temui terutama di daerah Srandakan, Galur, dan Nanggulan. Bagian bawah layang-layang berbentuk beberapa bulatan. Layang-layang ini diberi nama mancungan karena bentuknya menyerupai bunga buah kelapa.
7. Pepetangan
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang pepetangan pada bagian tengahnya terdapat gambar Cepot yang merupakan tokoh wayang golek terkenal dan juga merupakan simbol dari daerah Jawa Barat. Pada umumnya, masyarakat Jawa Barat memainkan layang-layang sebagai pengisi waktu senggang, apalagi udara cerah dan angin bertiup dengan bagus, meskipun begitu ada juga yang memanfaatkan layang-layang untuk melakukan kegiatan praktis, seperti menangkap kelelawar.
Kegiatan menangkap kelelawar pada masa lalu sering dilakukan oleh penduduk sekitar pantai. Untuk menangkap kelelawar, layang-layang akan dinaikan pada senja hari atau menjelang malam. Pada benang layang-layang akan dipasang beberapa mata kail, dimulai dari arah tali yang masing-masing berjarak sekitar 20 cm. Kadang, pada satu benang bisa dipasang 15 mata kail. Layang-layang akan dinaikkan dengan ketinggan sekitar 100 meter. Benang yang digunakan adalah benang plastik atau kenur.
8. Janggan
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang janggan merupakan layang-layang yang paling terkenal di daerah Bali, ekornya sangat panjang, yakni dapat mencapai 250 meter. Untuk menaikkan layang-layang dibutuhkan 15 orang untuk menerbangkannya. Layang-layang janggan berasosiasi pada ular atau naga yang ceritanya banyak tersebar di tengah masyarakat Bali. Layang-layang ini memiliki kepala berbentuk ular atau naga dan bagian bawahnya berbentuk segitiga. Dominan warna pada layang-layang ini merupakan warna dari kain khas Bali.
9. Perisai
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang perisai berasal dari Kalimantan Barat. Layang-layang ini mengambil bentuk dari salah satu perlengkapan perang yang terbuat dari kayu yang dipergunakan suku Dayak pedalaman Kalimantan Barat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.
10. Burung Enggang
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang burung enggang menjadi maskot dari daerah Kalimantan Timur. Layang-layang ini berbentuk seperti burung enggang, yakni burung yang dilestarikan keberadaannya di hutan belantara Kalimantan.
11. Dandang Laki dan Dandang Bini
Layang-layang Tradisional Indonesia
Di daerah Kalimantan Selatan, khususnya di Rantau, Kabupaten Tapin dikenal layang-layang tradisional yang disebut layang-layang dandang. Layang-layang ini diciptakan sepasang, yakni dandang laki dan dandang bini. Bentuknya terinspirasi dari wujud salah satu jenus burung yang hidup di Kalimantan Selatan, yakni burung enggang. Untuk mendekati wujud asli dari burung enggang, layang-layang dandang dilengkapi dengan alat bunyi, yang disebut dengan dengung dan dipasang di atas pundak kanan dan kiri layang-layang. Bunyinya mirip dengan suara burung enggang. Namun, dengung ini hanya dipasang pada layang-layang dandang laki.
Dengung merupakan bagian integral dari layang-layang dandang laki, bukan sekedar aksesoris. Karena itu, cara pembuatannya sangat diperhatikan. Bahkan, untuk membuat dengung yang baik dibutuhkan waktu sekitar empat tahun.
12. Kaghati
Layang-layang Tradisional Indonesia
Layang-layang kaghati merupakan layang-layang tradisional tertua di Indonesia. Usianya diperkirakan mencapai 4000 tahun. Layang-layang ini berasal dari Sulawesi Tenggara. Layang-layang ini dibuat dari daun dan disebut dengan istilah kaghati. Keistimewaaan dari layang-layang ini adalah cara pembuatannya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat layang-layang kaghati, yakni bambu, serat daun nanas, serat kulit batang kalolonda, daun ubi hutan, agel, dan rotan.

Layangan terbagus di museum Indonesia


Museum Layang-Layang Indonesia memiliki berbagai koleksi dari seluruh pelosok Nusantara dan Mancanegara, termasuk layang-layang tradisional dan modern. Mulai dari layang-layang miniature yang berukuran 2 centimeter, hingga yang berukuran besar. Bahkan museum ini memiliki beberapa layang-layang berukuran raksasa terbesar di tanah air seperti “Megaray” berukuran 9 x 26 meter  yang dapat disewakan untuk kegiatan eksibisi. 
Museum Layang-layang ini bisa menjadi pilihan yang bagus untuk mengenalkan konsep sebuah museum kepada anak-anak karena koleksi laying-layang dengan berbagai bentuk dan warna pasti akan menarik perhatian mereka. Apalagi kegiatan di Museum Layang-Layang tidak hanya melihat-lihat koleksi tapi juga menonton video tentang Layang-Layang  sampai belajar membuat & melukis Layang-Layang. Kegiatan tambahan pun bisa dipilih, antara lain: membuat & melukis keramik, melukis payung, melukis kaos, melukis wayang mini dan membatik!  (Khusus untuk kegiatan membatik, peserta minimal berjumlah 10 orang). Namun untuk kegiatan-kegiatan tambahan tersebut akan dikenakan biaya tambahan,  mulai dari Rp.35.000,- sampai Rp. 50.000,-/jenis kegiatan. Hasil karya mereka pun bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan hasil kunjungan mereka ke Museum Layang-layang. 

Pemilik Museum Layang-layang ini adalah Ibu Endang Ernawati. Beliau adalah penggemar Layang-layang dan barang antik yang juga seorang pakar kecantikan yang menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985 dengan membentuk Merindo Kites & Gallery yang usahanya bergerak di bidang layang-layang. Berbagai festival laying-layang di dalam dan luar negeri telah diikuti Beliau serta berhasil meraih juara dalam berbagai kejuaraan lomba layang-layang. Disebabkan rasa cintanya yang sangat mendalam terhadap Layang-Layang, maka Beliau pun mendirikan Museum Layang-Layang pada tahun 2003. 
Di gerbang masuk, museum ini tampak tidak terlalu besar, namun ternyata halaman museum ini sangat luas & asri begitu kita masuk kedalamnya. Lantai halaman luar-nya pun tampak berwarna-warni karena digambari lukisan layang berbagai warna dan bentuk. Di halaman luas inilah biasanya anak-anak berlarian mencoba menerbangkan layang-layang buatan mereka sendiri.  

Siapapun yang masuk ke dalam museum , akan ditemani oleh seorang pemandu yang menjelaskan sejarah dan latar belakang cerita dari setiap koleksi layang-layang  . Ceritanya pun lucu-lucu. Ada layang-layang dari Kalimantan Selatan yang kalo terbang harus sepasang dan kedua layang-layang ini pun digantungi alat-alat musik mirip suling, sehingga ketika sepasang layangan ini diterbangkan akan mengeluarkan suara-suara musik. Ada juga layangan pengantin, yang diterbangkan ketika upacara adat pernikahan, sehingga penduduk sekitar bisa mengetahui bahwa ada acara pernikahan di desa tetangga ketika melihat pasangan layang-layang itu terbang di udara. 

Selain layang-layang dari Indonesia, ada juga layang-layang dari negara lain. Ada yang dari Jepang, Korea, China dan banyak negara lainnya. Anak-anak pun jadi tambah wawasannya bahwa tidak hanya Indonesia yang punya permainan tradisional layang-layang. Di bagian layangan mancanegara ini tampak guci-guci yang juga dipajang, ternyata gambar yang ada di guci itu mengisahkan tentang permainan layang-layang. Kita juga akan dibuat kagum dengan layang-layang yang hanya sebesar ibu jari dan ternyata walaupun berukuran mini namun tetap bisa terbang layaknya layang-layang ukuran normal.  

Puas melihat-lihat berbagai macam layangan, anak-anak akan  belajar membuat layangan dan sekaligus melukisnya. Bila cuaca sedang bersahabat & cukup berangin, anak-anak pun bisa langsung praktek menerbangkan layangan buatan mereka sendiri. 

Selain Museum Layang-layang, di kompleks museum ini juga ada lokasi pembuatan layang-layang untuk keperluan kegiatan festival yang disebut Rumah Budaya. Bila kita berkunjung saat musim festival, kita bisa lihat bagaimana proses pembuatan layang-layan berbagai bentuk & warna itu dibuat. 
Hari Senin sampai Jumat biasanya Museum ini lumayan sering dijadikan tujuan field trip sekolah-sekolah di Jakarta. Namun saat weekend atau hari libur, jumlah pengunjung ke museum ini tidak terlalu ramai sehingga suasananya pun sangat nyaman untuk duduk-duduk dan ngobrol banyak tentang layang-layang dengan sang pemandu museum.

Model-model layangan

Sabtu pagi itu, saya perhatikan cuacanya sangat cerah untuk saya mengarungi Jakarta. Akhir-akhir ini cuaca Jakarta emang sangat ga mendukung, membuat saya males ke mana-mana. Mungkin cuma berawan doang sih, ga hujan. Tapi saya bakalan tetep males karena kalo jalan-jalan dan moto suatu objek wisata dengan langit yang abu-abu karena mendung sehingga warna bangunannya jadi agak suram karena warnanya ga “muncul”, hasilnya ga oke. Beberapa hasil foto jalan-jalan saya kayak gitu. Makanya kalo hari lagi mendung, saya biasanya lebih memilih jalan-jalan kulineran doang, ga berkunjung ke suato objek wisata apa gitu. Ada kalanya, cuaca Jakarta udah cerah nih pagi-pagi, tapi sekitar jam 1 menjelang sore, langit mulai mendung. Atau adakalanya cuacanya cerah sepanjang hari dari pagi sampe sore, tapi eh kejadiannya pas weekday. Kan aye kerja kantoran, bang (ngomong ama siapa sih).
DSCF8156 (1280x853)
Saya dateng dari arah utara terus belok ke Jalan H. Kamang di mana museum ini berada. Setelah sekitar 350 meter, nanti di sebelah kanan ada pintu gerbang dengan tulisan Museum Layang-Layang Indonesia. Parkirannya sepi banget deh, cuma ada sebuah mobil dan sebuah sepeda motor lain yang terparkir di sana. Belakangan saya ketahui bahwa sepeda motor tersebut digunakan oleh sepasang cowok cewek yang kemungkinan pacaran, sementara mobil dibawa oleh pasangan orang Jepang yang membawa anaknya.
DSCF8159 (2560x880)
DSCF8160 (1280x854)
Di loket saya lalu membayar tiket masuk sebesar 15 ribu rupiah. Mahal? Relatif lah. Lagipula museum ini dikelola oleh pribadi. Termasuk di dalam tiket ini, kita nantinya bisa nonton video tentang layang-layang selama lebih kurang 15 menit, dapet tour gratis di dalem museum, dan setelahnya bisa berkreasi membuat layang-layang sendiri.
DSCF8207 (1280x853)
Ruang audiovisual sangat sederhana, menyediakan beberapa kursi dengan sistem multimedia seadanya yang seengganya bisa mencapai tujuan minimalnya, yaitu menyampaikan sejarah dan serba-serbi tentang layang-layang kepada para pengunjung melalui video berdurasi sekitar 15 menit.
DSCF8199 (1280x853)
DSCF8186 (1280x853)
Abis nonton, saya disambut oleh bu ibu dengan kostum biru, kostum pegawai museumnya, dan langsung membawa saya bersama si sepasang sejoli tadi melewati serambi, memasuki ruang koleksi museum. Layang-layang yang menjadi koleksi berasal dari seluruh pelosok Nusantara dan mancanegara. Ruangan museum sangat sederhana, hanya terdiri dari sebuah ruangan besar berbentuk persegi dan sebuah ruangan lagi yang lebih kecil. Di ruangan besar ini dipamerkan berbagai layangan khas Nusantara dari Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Sulawesi Tenggara, dan lain-lain.
DSCF8198 (853x1280)
Dari segi bentuk, ada layang-layang dua dimensi, contohnya kayak layangan yang biasa kita mainin pas anak-anak, dan layang-layang tiga dimensi, ada yang berbentuk rumah, perahu layar, burung, ikan, delman, capung, laba-laba, Dewi Sri, hingga naga bersusun. Layang-layang tiga dimensi biasanya bertema dan diterbangkan pada acara festival layang-layang nasional maupun internasional.
DSCF8167 (1280x854)
Kendaraan beroda tiga ini digunakan untuk menerbangkan layang-layang jenis quadrifoil. Si pelayang nantinya duduk di sini sambil mengendalikan layang-layang. Pengendaranya harus hafal dan mengerti arah angin supaya tidak terguling saat mengendarainya. Wah, ternyata ada ya ilmu mempelajari karakteristik angin. Layang-layang yang dibawakan merupakan jenis layang-layang untuk olahraga yang untuk mengendalikannya menggunakan dua utas benang. Uniknya, di video yang tadi saya tonton, layang-layangnya bisa dibuat berputar-putar, atau bahkan seolah berjalan dan melompat-lompat.
DSCF8169 (1280x854)
Konon, di Gua Muna di Sulawesi Tenggara ada lukisan prasejarah berusia antara 5 hingga 9 ribu tahun yang menunjukkan figur yang sedang bermain layangan. Jika klaim ini benar adanya, maka bisa dikatakan layangan berasal dari Indonesia, dan bukan Cina seperti yang selama ini umum diketahui. Layangan tradisional sendiri dibuat dari bahan helaian daun yang disatukan dengan serat nanas. Daun yang digunakan berbeda-beda tergantung daerah asalnya, di Bali dari daun lontar, di Jawa Timur dari daun dadap, di Manado dari pelepah pisang. Layang-layang ini lalu dipasang alat bunyi koangan yang berbentuk seperti busur panah dan digunakan untuk mengusir burung di sawah.
my eat and travel story
Pendiri Museum Layang-Layang, Ibu Endang Ernawati, adalah seorang pakar kecantikan yang kemudian menekuni dunia layang-layang sejak tahun 1985. Berbagai festival layang-layang di dalam dan luar negeri telah diikutinya dan bahkan meraih gelar juara. Karena rasa cintanya yang mendalam, pada tahun 1993 ia mendirikan museum ini. Sebagai museum layang-layang satu-satunya di Indonesia, museum milik pribadi ini berupaya untuk melestarikan budaya layang-layang yang unik dari setiap wilayah di Indonesia.
DSCF8185 (1280x853)
Di ruangan kecil yang berada di seberang pintu masuk gedung museum, ada berbagai koleksi layangan dari mancanegara, semisal dari Cina, Malaysia, Thailand, Korea, Pakistan, India, Jepang, Turki, dan Swedia. Di berbagai tempat, layangan berkaitan juga dengan tradisi dan budaya. Di jepang, apabila melahirkan anak pertama laki-laki maka di atas rumahnya akan diterbangkan layang-layang. Di Korea, layangan digunakan untuk mengusir roh jahat. Di Bali, digunakan untuk memanggil hujan yang ritualnya diadakan setahun sekali. Di Lampung, layangan bahkan digunakan untuk memancing ikan layur. Unik banget yah?
DSCF8192 (1280x854)
Layangan lain yang unik adalah layangan yang diberi nama Dandang Laki dan Dandang Bini yang berasal dari Kalimantan Selatan. Layangan yang dijadikan simbol pernikahan ini dipasang di pelaminan, lalu setelah acara selesai, layangan akan diterbangkan di lapangan luas. Pada kedua pundak (pundak?) layangan dipasang koangan berbentuk tabung bambu kayak kentongan yang akan berdengung keras saat terbang di angkasa. Konon layangan ini terinspirasi dari burung Enggang yang dikeramatkan oleh Suku Dayak.
DSCF8190 (854x1280)
Kalo diperhatiin, kebanyakan bentuk layang-layang tradisional berbentuk seperti elips dengan kedua ujung yang melancip. Terkadang dengan tambahan ekor berbentuk bulan sabit. Lucunya, hampir semua layangan yang berasal dari setiap daerah bentuknya seperti ini. Katanya sih memang karena bentuk ini yang paling stabil saat diterbangkan. Jadi penasaran, saya yang ga bisa maen layangan ini, kira-kira bisa ga ya nerbangin layangan jenis ini? Hehehe…
DSCF8178 (1280x854)
Setelah keliling museum, kita diajak membuat layangan sendiri, gratis karena termasuk di paket tiketnya. Tapi karena saya ga terlalu berminat, saya nonton aja. Kerangka layang, yang kalo kamu sering ngisi TTS pasti tau kalo namanya disebut arku, udah jadi. Jadi pengunjung cuma tinggal nempelin kertasnya aja dan menggambarinya untuk hiasan. Kegiatan yang cocok buat krucil-krucil, tapi kalo saya sih males.
DSCF8229 (1280x853)
DSCF8231 (1280x855)
Karena mau ngelanjutin perjalanan lagi ke Museum Basoeki Abdullah yang berjarak lebih kurang 2.6 km dari sini. Sekalian lah, karena kedua museum ini letaknya di ujung Jakarta, jauh banget dari kosan saya. Dan karena udah memasuki waktu shalat zuhur, saya pun menunaikan shalat di musholla museum yang sederhana.

Cara membuat peteng layangan



Caranya :
Pertama : serut atau raut 2 buah bambu  panjangnya 50 cm dengan lebar 5 cm dan yang satunya panjangnya 10 cm dengan lebar juga 5 cm sebagai penjepit bambu sendaren utama. Serut sampai halus tetapi jangan lemas supaya bisa menarik pitanya secara kencang, sehingga bunyi sendarenya akan keras ngoeng ngoeng gitu....jangan lupa ukur bagi 2 terlebih dahulu ya ? karena panjangnya 50 cm dan pasanganya 10 cm maka 25 cm - 25 cm dan 5 cm - 5 cm, lihat gambar di bawah :


Ukuran bambu sendaren

Selanjutnya kita akan merangkainya. lihat lagi gambar di bawah :


Cara merangkai sendaren
Keterangan gambar :

1 Setelah kedua bambu kita raut seperti pada gambar 2, kita timbang bambu sampai imbang agar nanti layangan juga
 bisa seimbang saat terbang.
2 Kita pasang penjepitnya dengan tali rafia dan ikat
3 Kita pasang pita yang bisa kita dapat dari karung beras atau karung pupuk urea. Kalau di tempat saya, saya biasa menyebutnya dengan istilah kasang atau kandi. Ambil satu helai saja yang bagus dan tidak pecah supaya bunyinya nanti keras dan tidak pecah.
4 Pasang keduanya
5 Sendaren sudah jadi, mudah dan Anda pasti bisa membuatnya, dan yang ke
6 Di bawah ini adalah penampakan layangan sendaren manukan dengan variasi segitiga yang yang saya buat, jreng jreng jreng......




7 Selesai, selamat mencoba ya, pasti bisa. Jangan lupa juga untuk membaca artikel cara membuat layangan sendaren bintang, yaitu layangan sendaren yang bawahnya berbentuk bintang. Juga jangan lupa untuk mempelajari panduan lengkap cara membuat layangan sendaren yang berisi panduan secara lengkap membuat berbagai macam bentuk layangan berdasarkan kemampuan dan pengalaman saya.

Layangan sederhana

Alat dan Bahan Membuat Layang-layang:

-Kantong plastik
-Penggaris
-Plester
-Pasak
-Benang
-Gunting
-Pena

Langkah Membuat Layang-layang:

  1. Potong layarnya dari kantong sampah yang dibuat dari plastik tipis. Lipat kantong sampah itu menjadi dua, kemudian potong. Pastikan kedua bagiannya sama besar.
  2. Tempelkan pasak 0,3 cm (tulang punggung vertikal) memakai plester dengan melipat plester seimbang di bagian depan dan belakang.
  3. Tempelkan pasak 0,3 cm (perentang horizontal) memakai plester dengan langkah yang sama. Kedua tongkat harusnya bersilangan pada lubang di layar.
  4. Rekatkan empat potong plester pada tongkat-tongkat di dekat lubang tengah agar lebih kuat. Itu pada bagian belakang layang-layang.
  5. Lengkungkan perentang dengan memberikan garis tekanan di bagian belakang layang-layang. Tempelkan di satu sisi perentang dengan memakai plester. Tariklah menjadi lengkung 5 cm, kemudian tempelkan ke sisi perentang yang satunya lagi dengan menggunakan plester.
  6. Ikat ekor di bagian bawah tulang punggung. Secarik kantong sampah sepanjang 183 cm dan selebar 2,54 cm.
  7. Pasang benang layang-layang melalui lubang pada bagian depan di mana kedua tongkat bersilangan. Kedua tongkat itu harus berada di bagian belakang dan ikatlah. Anda telah siap untuk menerbangkan layang-layang tersebut.

Layangan gowangan

Bahan-bahan yang Diperlukan

  • 1 batang bambu tua, buat menjadi beberapa potongan dengan ukuran minimal 80 cm.
  • 3 lembar plastik besar dengan daya tampung 10 kg, usahakan baru.
  • Pisau.
  • Penggaris.
  • Tali rafia.
  • Lakban.
  • Lem fox.

Langkah Pembuatan Rangka Sayap

  1. Sepotong bambu berukuran 80 cm dibelah menjadi dua dengan ukuran 3 mm.
  2. Tentukan bagian tengah rangka, pastikan kedua sisi memiliki ukuran yang sama, yaitu 40 cm.
    tahapan membuat layang-layang
    amir-silangit.blogspot.com
  3. Raut bagian dalam rangka sayap (gabus) ke arah ujung. Semakin ke ujung harus semakin tipis hingga ujungnya memiliki lebar hanya 2 mm dan tebal 1 mm.
  4. Tekuk rangka sayap hingga bagian tengah dan ujungnya memiliki lekukan kurang lebih 45 derajat. Untuk memastikan kelurusannya, gunakan benang.
  5. Lakukan langkah-langkah ini pada sayap yang kedua,
tahapan membuat layang-layang sisi
amir-silangit.blogspot.com

Langkah Membuat Adeg-adeg alias Tiang Utama

  1. Buat potongan bambu dengan panjang 51 cm serta tebal dan lebar 4 mm.
  2. Buatlah “cuikan” atau penyangga untuk rangka sayap di adeg-adeg ini dengan jarak 20 cm ke bawah. Ingat, rangka sayap atas ditaruh sekitar 10 cm di bawah pucuk karena di atasnya nanti akan dipasangkan moncong layangan.
  3. Mulailah proses pengikatan rangka sayap dengan tali rafia setelah “cuikan” tersedia.

Langkah Membuat Ekor dan Tepinya

  1. Untuk ekornya, buat potongan bambu dengan panjang 20 cm dan tebal 2 mm. Tekuk tepat di tengah-tengah ujung bawah tiang dengan cara yang sama seperti membuat sayap.
  2. Untuk tepinya, raut bambu sepanjang 27 cm hingga mendapatkan lebar 2 mm dan tepi 1 mm. Jika tak mau repot, Anda juga bisa menggantinya dengan tali raffia.
  3. Ikat rangka-rangka tersebut dengan rangka lainnya agar semakin kokoh.
tahapan membuat ekor layang-layang
amir-singlangit.blogspot.com

Langkah Pembuatan Moncong alias Paruh

  1. Buat potongan bambu dengan panjang 16 cm dan tebal 2 mm.
  2. Lekuk moncong tersebut hingga berbentuk segitiga.
  3. Ikatkan dengan sisi sayap dan tiang utama.

Langkah Terakhir

Apabila sudah siap semuanya, sekarang tinggal pemasangan plastik kepada rangka-rangkanya dengan menggunakan lem. Prosesnya sama dengan pembuatan layangan tradisional biasa. Selamat mencoba!

Cara membuat layangan Tradisional


Cara membuat Layang-layang hias Tradisional
www.baliprov.go.id

Alat dan Bahan Membuat Layang-layang:

-Kertas konstruksi
-Benang
-Tongkat-tongkat atau pembersih pipa atau tusuk sate
-Gunting
-Penggaris
-Spidol warna atau pensil
-Selotip
cara membuat Layang layang Tradisional
beritadaerah.co.id

Langkah Membuat Layang-layang:

  1. Siapkan satu lembar kertas untuk membuat badan layang-layang. Jika terpaksa tidak ada, Anda bisa menggabungkan empat lembar kertas dengan memakai selotip.
    Pakai selotip untuk menggabungkan dua lembar kertas yang membentuk bagian atas, kemudian satukan juga dua lembar kertas yang membentuk bagian bawah. Satukan kedua bagian itu dengan dan pastikan terpasang dengan kencang.
  2. Potong keempat sudut kertas agar menjadi bentuk layang-layang. Lihatlah gambar di atas untuk mendapatkan ide yang benar tentang proporsinya.
    Bentuk layang-layang butuh sedikit lebih panjang di bagian bawah sekitar 7,62 cm dari titik puncak. Titik puncak adalah di mana dua sudut kriri dan kanan layang-layang berada.
  3. Ikat dua buah tongkat atau pembersih pipa menjadi satu dengan kencang. Tusuk sate dari kayu bisa Anda pakai sebagai tongkat. Semua jenis benang dapat digunakan untuk mengikat kencang kedua tongkat.
    Selama ikatan tidak lepas dan tidak menggunakan tali (tali terlalu tebal). Untuk memastikan kedua tongkat terikat pada tempat yang pas, sejajarkan terlebih dulu dengan kertas yang telah dipotong menjadi bentuk layang-layang. Potong kelebihan benang yang ada pada ikatannya.
  4. Buat 4 lubang di kertas berbentuk layang-layang pada setiap sudutnya. Masukkan benang melalui setiap lubang dan di sekeliling setiap tongkat.
    Jika Anda mau, sisakan sedikit tambahan di bagian atas untuk memasukkan pita nantinya. Ikat tongkat di posisinya pada kertas berbentuk layang-layang.
  5. Ikat benang ke sisi kiri dan kanan tongkat secara horizontal. Kemudian ikat benang ke tengah-tengah benang tersebut agar menjadi benang yang menerbangkan layang-layang. Benang ini dibuat sepanjang yang Anda butuhkan untuk menerbangkan layang-layang.
  6. Ikat kertas atau pita di sudut-sudut layang-layang untuk membentuk ekor. Anda dapat menambahkan sedikit material pada ujung layang-layang agar menambah beban dan kemampuan melayang. Ekor tersebut juga melengkapi penampilan layang-layang unik Anda.

Membuat layangan ala Abah

Membuat layang-layang sederhana.Dimasa lalu, layang layang hanyalah
permainan para petani yang mengisi waktu luang saat musim paceklik. Kala
panen berlalu dan sawah mengering, mereka membuat layangan. Memasuki
bulan Agustus, angin berhembus kencang, menandai dimulainya musim
layangan. Hobi layangan dilakoni oleh entah anak – anak atau orang
dewasa. Bentuknya ada macam macam, bebean mirip ikan. Janggan mirip
naga, pecukan mirip ikan pari. Bahannya kala itu kain katun dan dipulas
ala kadarnya dengan jelaga jadi hanya ada layangan hitam dan putih. Tali
penariknya terbuat dari untaian bambu yang diplintir sedemikian rupa.

*Bahan Membuat layang-layang sederhana :*

Persiapkan bahan-bahan berikut:

* untuk Membuat layang-layang sederhana sediakan 1 potong bambu tipis
dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 80 cm, 1 potong bambu tipis
dengan lebar +/- 1 cm dan panjang +/- 40 cm, Kertas tissue atau
kertas minyak dengan ukuran sesuai dengan ukuran bambu, Spidol, Pita
gulungan agak tebal, Tali atau benang, Gunting, Isolasi, Meteran

Cara Membuat layang-layang sederhana :

* Letakkan kedua bambu secara menyilang dengan titik pertemuan pada
1/3 dari bambu yang paling panjang Rekatkan kedua bambu tersebut
dengan menggunakan tali atau benang.
* Ikat dan hubungkan ke empat ujung bambu dengan tali atau benang
hingga membentuk wajik.Sekarang rangka layang-layang selesai, lalu
letakkan rangka layang-layang tersebut diatas kertas.
* Tandai kertas tersebut dengan spidol sehingga mengikuti bentuk
rangka layangan.
* Tambahkan ekstra 2.5 cm untuk garis potongan.
* Gunting kertas tersebut mengikuti garis potongan.
* bagian kertas kearah belakang, lalu rekatkan pada rangka dengan
menggunakan isolasi.
* Untuk keseimbangan, tambahkan ekor dari tali atau benang sepanjang
sekitar 1 meter, ikatkan pada bagian bawah layang-layangLangkah,
tambahkan guntingan kertas untuk memperindah.
* Buatlah lubang di tengah-tengah layangan (dekat dengan tempat
penyilangan bambu rangka) masukkan tali atau benang layangan ke
lubang dan ikatkan ke titik persilangan, lalu ikatkan ujung yang
lain ke ujung bawah rangka layangan ( panjang tali sekitar 90cm)

Membuat Layang - layang sederhana